Aku Matahari Sepeninggal Hujanmu

Baca Potongan Cerita sebelumnya di : Hujan Itu Ternyata Benar Kamu

Sebuah kisah lama yang hilang dan terjeda selama 4 tahun. Kembali aku ceritakan untuk ku selesaikan. Sepenuhnya.
Bismillaahirrohmaanirrohiim

__________________________________

AKU MATAHARI SEPENINGGAL HUJANMU

Aku ketika menulis ini sudah mendewasa, Nda. Namun izinkan Aku untuk sejenak kembali ke masa-masa "Kita". Aira dan Nanda.
Kala itu Tahun 2014. Aku dan Kamu memasuki masa akhir tahun kehidupan putih abu-abu. Dan pada masa itu juga kisah Aku dan Kamu, Dimulai.



-2014-
Setelah guncangan hebat yang Kamu rasakan, Nda, kamu membiarkan Aku masuk ke dalam ceritamu. Ya. Perasaan tak karuan yang ku simpan rapat-rapat sejak 2 tahun lalu, kini rasanya terbebaskan dari belenggu. Bagaimana tidak ? Kau membiarkan aku untuk semakin memperhatikan mu, pun sebaliknya.

Sebagai wanita tentu aku tidak langsung merasa lega. Aku khawatir. Jangan-jangan aku hanya pelampiasan buatmu yang memang sedang terluka.
Aku juga takut, jika aku menolak justru aku akan menyesal.
Pun aku takut, jika aku membiarkan diriku masuk ke hatimu pun membiarkan dirimu seutuhnya mengisi hatiku, maka akan menimbulkan luka yang lain untuk kita.

Tapi semua itu ku tampis. Aku masih meyakini, bahwa semua ini hanya spekulasi dariku saja. Apalah aku jika diabandingkan dengan Linda yang mengisi hatimu dulu.

Aku tetap Aira. Masih Aira sahabatmu. Masih Aira yang ceria dan percaya diri. Tapi percaya diriku tidaklah sampai untuk mempercayai bahwa sosokku bisa menggantikan tempat Linda di hatimu, Nda.

Hingga segala penolakan yang ku tegaskan untuk diriku sendiri pada akhirnya Kau Akhiri pada Agustus 2014.

"Ra, aku suka Kamu" ucap Nanda setelah kami berhasil melalui lorong sekolah yang sangat panjang itu.
Kata-katanya cepat. Sangat cepat. Sampai sangat tidak jelas untuk didengar.
Ia terlihat sangat terbebani dengan pengakuannya.

"Ha?" ujarku mengonfirmasi pernyataan suka-nya ke aku.

"Jangan bercanda, dong. Emangnya gampang apa?" sahutnya kesal.

Wajahnya ditekuk. Ia memajukan bibirnya dengan sangat kesal. Menggemaskan !

"Yuk, cari capcin (Cappucino Cincau) aku haus" ajakku pada Nanda.

Dia mengangguk lesu sebelum akhirnya kami menaiki motor kami masing-masing untuk menuju ke Jalan Ahmad Dahlan, tempat pedagang kaki lima favoritku. Terletak tepat di samping SMP-ku dulu.

Aku masih ingat hari itu hari Rabu. Kamu dan Aku mengenakan seragam batik dan bawahan biru khas SMA kita. Aku juga masih ingat, Bapak penjual cimol langgananku tersenyum nakal mengetahui aku berdua dengan seorang cowok, Kamu.

Penjual cincau yang kita tuju terletak tepat di depan gedung LBB SSC. Aku tidak kenal dengan penjualnya, pun kamu. Lalu kita duduk melipir di depan gerbang Warung Makan "Djoyo Asri" (yang sekarang sudah gulung tikar dan berganti).

"Kamu yakin suka sama aku ? Bukan pelarian?" tanya ku langsung memulai pembicaran sambil menyeduh capcin yang terbeli.

"Iya" kata Nanda sambil mengangguk mantap.

"Bukan pelarian ?" kembali aku bertanya untuk menegaskan inti pertanyaanku.

"Iya, Ra. Aku bukan laki-laki kayak gitu kalik" Jawabnya santai.

"kok bisa? sejak kapan?"

"gatau. Suka ga perlu alasan kalik" jawab Nanda sekenanya.

Aku yang tak terus mengelak dari kenyataan di depan ku terus bertanya pada Nanda untuk mencari pembenaran yang ingin ku aminkan.
terus berputar. dan menanyakan hal yang sama dengan tatanan kalimat yang berbeda.

Kau harus tau Nanda, aku belum siap untuk sakit lagi.
Kisah kasihku terdahulu cukup membuatku susah untuk brpindah hati.
apalagi jika nanti denganmu ?
Aku sangsi jika kelak terjadi apa apa di antara kita, maka aku akan lekas melupakan.

Namun lagi-lagi sisi kewanitaan ku yang lemah mendominasi. Logika ku tidak berjalan. Perasaan ku yang tersimpan untuk Nanda menggebu untuk melepas belenggu. Dan akhirnya aku mengatakan "Ya".

Kami menjalin hubungan.
Ya.. Aku dan Nanda. Aira dan Nanda.
Disaksikan oleh pengendara motor yang berlalu lalang di jalan Ahmad Dahlan, ku berikan jawabanku tepat saat kami sedang menyebrang. Tepat di tengah jalan. Tepat disela-sela bisingnya suara knalpot kendaraan, aku mengatakan "ya"

ya.
Aku menerima perasaan Nanda.
Aku menerima Nanda untuk masuk menjadi bagian cerita ku.
****

Hubungan romansa memang selalu manis di awal bukan ?
akan ada kehambaran rasa di tengah jalan, namun jika memang dia ada untuk kamu, maka akhir cerita akan selalu berkahir manis asal dengan dia.

Pun aku menjalani hubungan ini denganmu dengan romansa yang teramat manis untuk aku abadikan dalam sejarah masa remajaku.
Tapi Nanda,.. apa kamu ingat.
Disela-sela kebahagiaan awal romansa kita, aku masih khawatir. Jangan-jangan kamu dan aku sama sama salah ambil langkah.

Dan sesuai perjanjian kita. Untuk saling bicara dan terbuka. Maka ku sampaikan segala gelisahku pada mu dengan pemikiran yang matang.
Dan aku masih mengingat benar jawabmu atas keraguanku kala itu, Nda.

"Ra, Kamu itu Matahari buat ku. Ibarat hujan yang terlalu banyak datang dan deras, seketika kamu itu muncul. Bawa cahaya. Ngusir hujannya"

Oh Nanda. Betapa kamu tau, aku sangat mencintai kalimat itu.
Apa kamu tau ?

Menakjubkan mengetahui Kamu yang bertindak masa bodoh, cuek, dan tengil, mengungkapnkan kata sedalam itu.
Gilak ! Gue kena gombal !
Bahkan hingga 4 tahun berselang, itu adalah kata-kata romantis pertama dari lelaki yang pernah aku terima. Hingga kini bahkan aku masih mengingat bagaimana Kamu menyampaikannya




Comments

Popular posts from this blog

Naskah Drama 7 orang >> "Aduh Ujang"

Demi Trisno (Naskah Drama)

Puisi, Pantun. Gurindam Lingkungan -8baris