Untuk (Sahabat) Kekasihku, Daniel (by : Agnes Davonar)
Mungkin awalnya demikian,
tapi dari seorang Daniel. Gua belajar banyak tentang bagaimana menghargai
seorang laki-laki, bagaimana memperlakukan laki-laki dan terakhir bagaimana
mengerti arti cinta itu sesungguhnya.
Suatu hari, gua lagi asyik online. Teman-teman gua,
semua uda pada mulai eksis di dunia facebook. Rasanya kalau gua gak gabung,
bisa jadi gua dianggap gadis kampung. Padahal orang kampung pun uda pakai
facebook. Lupakan sejenak kisah stupid itu, yang pasti dari facebook. Gua bisa
kontak-kontakan lagi sama teman-temen gua dari jaman pipis di celana sampai
sekarang ngerti kalau umur gua uda cukup tua sebagai cewek, 23 tahun.
Nah, karena baru aja putus cinta. Rasanya gua alergi
banget sama foto-foto mantan gua yang nangkring di facebook gua, jadi tugas gua
malam itu adalah menghapus semua foto-foto mantan gua. Tapi semakin gua
perhatikan foto-foto kenang-kenangan kita, kok rasanya gua jadi sedih sendiri
ya. Sampai tanpa sadar gua jadi nangis, padahal yang minta putus juga gua, hal
kecil sih, gara-gara dia mau sekolah di luar dan gua gak setuju. Apa daya, bokapnya
jenderal dan dia ajudan. Pisah deh hubungan kita,
Saat gua menangis, chat online di Facebook nyala,
seseorang muncul dan berkata memperhatikan gua sedang menghapus semua foto-foto
gua. Dia bilang
Lagi putus cinta ya? Kata dia.
Awalnya gua mau cuekin, tapi kayaknya bakal menarik
juga ya kalau gua marah-marah dan maki-maki orang ini, soalnya gua perhatiin,
kita gak kenal sama sekali.
Sok tau loe? kata gua,
Ya tau dong, kan gua juga lagi putus cinta, senasib
deh..
Kalimat dia yang bikin gua langsung nyegir. Penasaran
sekaligus merasa senasib. Singkat kata, walaupun gua ga kenal dia, akhirnya
kita malah jadi curhat-curhatan. Gua jadi tau juga, kalau dia putus sama
pacarnya karena gak cocok setelah 5 tahun pacaran. Dalam hati gua berkata,
kalau 5 tahun segitu lamanya dibilang kagak cocok, jadi selama 5 tahun itu
ngapain ya?.
Akhirnya kita gak bicara lagi setelah malam itu, tapi
dia sempat mengatakan nama dia ke gua.
Gua Daniel, thanks uda mau temenin gua ngobrol malam
ini?
Gua hanya senyum-senyum manggut, setau gua, harusnya
gua yang curhat, kok malah jadi dia. Ya sudahlah, setidaknya dia uda bikin
malam ini berwarna. Kita pun pisah, tanpa bicara dan gua sempat mengenalkan
diri gua dengan bilang, Panggil gua Angel aja, kalau perlu blackAngel.
Kenapa harus BlackAngel, kenapa ga WhiteAngel
Gua terdiam dan offline dari facebook gua. Bukan
urusan dia kalau gua mau jadi white or black, yang pasti hari itu menjadi hari
perkenalan kita.
***
2 bulan kemudian.
Sahabat gua Agnes, tiba-tiba nikah. Dia ngundang gua
datang ke kawinan dia. Gua tau, tentunya tau banget rasanya ke undangan seorang
diri. pasti di bilang kagak laku atau parahnya perawan tua. Kalau bukan karena
Agnes ini teman baik gua waktu jaman smp, pasti gua gak mau datang. Dengan
terpaksa gua ajak adik gua, Teddy. Walaupun dia itu masih kecil, setidaknya
orang-orang bakal kepikiran dia pacar gua kalau ga kenal. Cara yang jitu untuk
membuat gua lepas dari julukan jomblo.
Seperti yang gua duga, undangan bakal dipenuhi
temen-temen gak jelas. Akhirnya gua hanya bisa mojok sambil menikmati jus
jeruk, karena udangan berdiri, gua harus rebutan sama banyak orang. Nah, saat
gua uda menemukan satu bangku, gua mau lompat, eh tiba-tiba nenek-nenek tua
nyerobot gitu aja. Jus di tangan gua jatuh dan tanpa sengaja kena sama cowok
yang lagi duduk disampingnya. Omg.. gua jadi parno sendiri ngelihat tuh cowok
kemeja putihnya jadi berwarna belang.
Sorry.. kata gua dan cowok itu natap gua dengan
perasaan kesal tentunya.
Gapapa.. kata dia bangkit dari kursi dan pergi keluar
ruangan, banyak yang lihatin gua, akhirnya gua terpaksa keluar dari ruangan
pernikahan itu daripada dilihatin banyak orang.
Saat gua keluar, cowok yang tadi ketimpa jus gua,
sedang bersih-bersih dengan tissue. Gua memperhatikan dan mendekat ke dia.
Sorry ya sekali lagi, tadi ga sengaja banget.
Gapapa, tapi kok loe ga asing ya buat gua? kata cowok
itu.
Masa sih, maybe gua mukanya pasaran kali ya..
Oh, gua inget. Loe temen facebook gua.. Angel ya
namanya? kata dia dan gua berpikir bisa jadi juga soalnya kan facebook itu
sesuai tujuannya, menghubungan anda dengan semua orang.
iya benar, emang nama loe siapa?
Gua Daniel, dulu kita sempat chat. Tapi uda lama
banget.. kata dia dan gua pura-pura senyum and merasa inget..
Mungkin ya,.
Dia pun menjelaskan kalau Agnes ini masih ada hubungan
teman sama dia, akhirnya lupa deh kejadian jus jeruk tumpah itu. Sebenarnya
sih, gua ga ada minat sama sekali ketika melihat wajah dia. Gak ganteng dan gak
menarik, Cuma menang tinggi dan putih aja. Level gua terlalu tinggi dalam
menilai pria, kita bicara banyak tapi ala kadarnya, beruntunglah adik gua
muncul dan akhirnya hendak membawa gua pergi. Gua pun pamitan, tiba-tiba dia
nanya.
Angel, boleh minta nomor telepon ga?
Heh.. mulut gua terkunci, rasanya gak mau kasih, tapi
melihat perlakuan gua sama baju dia, akhirnya gua pun kasih.
Dia tersenyum. Dan akhirnya pesta berakhir dan kita
pun berakhir, ini gua sebut. Takdir kedua kita , setelah facebook online dulu.
***
Benar kata nenek gua, yang namanya jodoh, gak akan
lari kemana-kemana. Gua kembali ditakdirkan ketemu sama si Daniel. Dia emang ga
pernah nelepon atau sms gua setelah gua kasih nomor telepon gua. Tapi kita
kembali ketemu saat tiba-tiba motor bebek gua mogok di jalan. Astaga, neh motor
pas bawa dari rumah masih ok-ok aja. Kok tiba-tiba mati dijalan. Padahal tujuan
gua naik motor ini Cuma mau beli makanan anjing gua di depan rumah. Gua bengong
di jalan, tiba-tiba, si Daniel itu muncul. begonya lagi sampai detik itu gua ga
lupa nama dia.
Entah bagaimana dia muncul, tapi motor gua beres saat
itu juga. Saat gua Tanya kenapa bisa ada disini, dia bilang, dia mau ke rumah
temen buat main futsal di deket Puri. Takdir yang aneh, walaupun dia sudah
menolong motor gua yang ternyata businya lepas saat gua rem. Gua ga bilang
terima kasih, tapi pergi gitu aja. Saat di depan toko anjing, gua baru merasa
salah, harusnya gua bilang thks or apa gitu. Akhirnya gua berjanji dalam hati
gua, kalau dia muncul lagi dalam hidup gua, gua bakal bilang terima kasih.
Sepertinya Tuhan emang uda mengatur semuanya, sekali
lagi kita ketemu. Tapi kali ini, dalam keadaan berbeda. Saat itu, foto dia
muncul di halaman depan facebook gua, foto dimana dia disitu lagi pakai baju
kemeja dan terlihat lebih keren dari sebelumnya yang hanya pakai kaos oblong.
Gua pun mengirimkan pesan di wall dia, dan berkata.
thks buat waktu itu di jalan, lupa bilang thksnya..
kata gua dan beberapa menit kemudian dia balas.
Sama-sama, sering-sering aja ya.. maksud dia ini
ngeledekin gua supaya sering-sering mogok gitu apa gimana? Gua kaga ngerti.
Tapi semua wall-wall di facebook kita berlanjut dengan kesapakatan kalau gua
bakal traktir dia.
Kita janjian dan akhirnya untuk pertama kali dia
nelepon gua. Gua bilang, gua akan ngajak dia makan di pizza hut puri. Kebetulan
ada harga diskon buat berdua, hahaha, jangan pikir gua ini pelit ya, tapi emang
lagi pengen aja. Kita janjian malam itu. Dia datang, dan kita bicara panjang
lebar. Mengenal Daniel lebih dalam tentang siapa dia, yang pasti dia ini
ternyata tinggal di daerah yang gak jauh dari tempat gua. Anaknya menarik,sopan
dan yang pasti lugu sekali. Gua bukan cewek yang bodoh dalam menilai, tapi gua
yakin banget,. Daniel itu terlalu polos sebagai cowok, apalagi ditambah dengan
kalimat dia tentang kisah cinta dia yang berujung kalau dia di selingkuhi sama
pacar dia,.
Saat-saat asyik lagi ngobrol. Tiba-tiba mantan gua
muncul bersama gadis lain. Gua bingung, katanya dia mau kuliah di China. Lah
kok tiba-tiba malah gandeng cewek. Gua memperhatikan dia berjalan, akhirnya dia
sadar gua ada disana. Gua bangkit dan mendekatin dia.
Katanya loe ke China? Kok malah asyik pacaran? kata
gua emosi. Mantan gua sepertinya lebih berani membalas emosi gua dengan kalimat
yang lebih menyakitkan.
Mau gua ke China atau Asyik pacaran? Ini kan bukan
urusan loe? Loe kan bukan siapa-siapa gua? mendengar kalimat itu gua langsung
sakit di hati.
Maksud loe apa sih? kata gua.
Eh, Angel, uda cukup ya loe mengontrol hidup gua, gua
uda muak selama ini sama hubungan kita, loe pikir loe ini kecantikan hingga
bisa suruh-suruh gua seenak hati loe. Gua senang akhirnya kita putus walau
dengan alasan ke China. Karena gua sudah bosen lihat tingkah loe yang sok
otoritir
Mendengar kalimat itu, tangan gua spontan menampar
dia. Rasanya sakit sekali mendengar orang yang pernah gua cintai bicara
demikian. Daniel bangkit, menarik gua perlahan. Mengajak gua duduk. Gua ingin
menangis, tapi gua menahan semuanya.
Gua mau pulang ucap gua langsung berjalan meninggalkan
tempat makan, Daniel mengikuti gua sampai ke tempat parkir.
Angel.. teriak Daniel dan melihat dia,. Gua langsung
menangis. Menangis karena harga diri gua sebagai perempuan telah hancur oleh
hinaan mantan gua. Dia memeluk gua. Dan kalimatnya yang indah membuat gua
tersadar untuk berhenti menangis.
Angel, jangan menangis untuk orang yang menyakiti loe,
tapi menangis untuk kebahagiaan loe karena akhirnya loe tau siapa pria itu..
Daniel benar, gua gak boleh menangis karena orang
stupid itu, harusnya menangis karena bahagia akhirnya gua tau cinta dia itu
palsu.
***
Daniel seperti obat bagi kehidupan gua setelah makan
siang berantakan itu, gua banyak menghabiskan waktu sama dia. Tapi gua gak
pernah menganggap dia sebagai apapun selain teman. Lucunya, dia seperti banyak
waktu untuk orang seperti gua, dia rela belajar main tenis untuk bisa main sama
gua. Dia rela ke salon bareng gua sekedar creambath, padahal rambutnya kan
pendek. Tapi semua dia lakukan untuk apa, gua masih bertanya-tanya dalam hati.
Yang pasti hal itu biar menjadi rahasia dia.
Tapi gua sempat menunjukan kalimat yang mungkin
menurut gua sangat keterlaluan. Suatu ketika. Didepan sahabat-sahabat gua.
Seorang teman bertanya sama gua.
Angel loe jadian ya sama Daniel?
Heh, ga salah loe? Mana mungkin, Daniel itu kan bukan
tipe gua, ga level lah ya.. gua mungkin hanya ingin bercanda saat itu, tapi
saat itu Daniel muncul. gua terdiam. Dia hanya tersenyum. Gua yakin dia
mendengar kalimat itu, dan waktu berjalan gua melupakan semua kalimat jahat gua
itu sama dia.
Daniel memang pria yang sangat baik, dia tidak pernah
merasa sedih dengan kalimat-kalimat gua. Dia tetap selalu setia ada dalam hidup
gua. Dia rela menjaga anjing gua di rumah saat gua pergi keluar kota sama
keluarga. Padahal gua tau dia alergi sama bulu anjing. Jadi kalau pas gua
jemput anjing gua, muka dia merah-merah gitu. Pas gua Tanya, dia bilang cuma
salah makan padahal akhirnya gua tau, dia itu alergi bulu anjing.
Entah apa yang dipikiran Daniel. Mengapa dia sangat
baik sama gua. Lama-kelamaan gua jadi mempertanyakan kebaikan dia.Di suatu
malam, entah karena gua lagi bad mood karena habis rebut sama nyokap. Gua
langsung mempertanyakan semua yang ingin gua tau.
Kenapa sih, loe ini ini baik sama gua? Tanya gua.
Gua baik sama siapapun kok, buat apa jahat sama orang?
jelas dia ngambang.
Tolong jujur, loe ini suka gua apa nggak, dan kebaikan
loe ini ada maksud untuk merebut hati gua apa gimana?
Daniel terdiam menatap wajah gua hampa dan berkata.
Angel, gua mungkin suka sama loe, tapi rasa suka gua?
tidak akan sebesar keinginan gua untuk berharap menjadi kekasih loe, menjadi
sahabat loe saja sudah cukup bagi hidup gua. Ngerti..
Tapi gua ga mau dibaikin sama loe, gua gak mau loe
salah paham. Gua Cuma ingin loe tau, kebaikan loe itu bikin gua merasa bingung,
karena gua sama sekali gak kepikiran loe jadi pacar gua.
Ya, gua tau kok. Gua pun ga kepikiran sama kesana.
Tenang aja..
Tapi gua tetap ragu dengan jawaban dia, sejak saat itu
gua putusan untuk gak mau ketemu dia. Gua juga merasa risih dengan gosip dari
semua orang kalau kita adalah kekasih. Sebagai cewek, rasanyaDaniel tidak
pantas untuk gua. Itu lah kesombongan yang selalu gua pertahankan. Sejak saat
itu, gua selalu menghindari Daniel. Ga angkat telepon dia, sampai lebih
buruknya menghapus dia dari facebook gua. Gua tau, dia sering mencari gua,
sering kirim pesan ke facebook gua, mempertanyakan mengapa gua harus menghindar
dan membenci dia secara tiba-tiba. Tapi gensi yang tinggi untuk menjawab
akhirnya membuat gua melupakan dia tanpa ampun. Gua bilang lewat pesan
facebook.
Jangan pernah muncul dalam hidup gua, kalau emang loe
anggap gua teman, kalau loe muncul itu hanya bikin gua stress. Ya, kalimat gua
yang kasar untuk seorang Daniel yang tanpa salah.
3 bulan kemudian.
Adik gua Teddy, mengalami sebuah kecelakaan motor.
Kakinya patah dan lebih buruknya lagi nyawanya terancam karena dia kehilangan
darah yang sangat banyak. Golongan darah adik gua termasuk langkah, berjenis 0,
sedangkan stock rumah sakit kosong, akhirnya gua terpaksa meminta tolong sama
teman-teman. Celakanya mereka semua gak ada yang punya jenis golongan darah
itu. Dokter bilang, dalam waktu 24 jam, stock darah harus ada. Gua cemas. Gua
gak mau kehilangan adik gua, setelah kehilangan bokap gua karena meninggal.
Gua terus berdoa dan menulis status gua di facebook
tentang kebutuhan darah 0 untuk adik gua. Karena terlalu stress akhirnya gua
malah ketiduran dan pasrah. Tiba-tiba saat gua terlelap, suster bilang ke gua.
Adik gua sudah mendapatkan donor. Gua begitu bahagia. Darah yang paling sulit
itu akhirnya ditemukan. Gua ga terlalu mikir siapa yang mendonorkan darah itu
karena lebih mementingkan adik gua selamat dulu karena akan operasi. Tuhan memberkati
adik gua, dia selamat dan akhirnya lolos dari masa kritis.
Saat gua lagi santai, suster yang tadi kasih info
donor tanpa sengaja bertemu. Gua pun bertanya, siapa donor yang berbaik hati,
gua ingin mengucapkan terima kasih. Suster itu bilang.
Dia cowok, umurnya 24, tinggi, putih, tapi dia menolak
untuk disebutkan namanya. Abis donor langsung pergi gitu aja, uda saya suruh
istirahat dulu, tapi gak mau, katanya ada keperluan, padahal darahnya banyak
loh yang diambil.
Ya siapapun dia, gua berterima kasih.Saat gua sudah
mulai tenang. Dan adik gua sudah bisa bicara. Seorang sahabat menelepon gua.
Dan berkata hal yang sangat mengejutkan.
Angel. Daniel kecelakaan mobil. Dia kritis di rumah
sakit pik.
Kok bisa? Tanya gua dalam hati.
Loe mau jenguk gak?
Bodohnya lagi, saat itu gua putuskan untuk tidak
menjenguk. Gua masih merasa malu untuk bertemu dia walaupun temen gua bilang
dia kritis. Gua heran, sebenarnya gua ini makluk ciptaan tuhan yang gimana sih?
Kok gua tiba-tiba gak punya hati untuk seorang yang baik seperti Daniel walau
dia sedang kritis.
Seminggu kemudian, gua mendapatkan kabar kalau Daniel
dipindahkan ke rumah sakit Singapura untuk perawatan yang lebih baik. Gua masih
gak bergeming.Lama-lama gua jad penasaran juga dengan kondisi Daniel. Sampai
akhirnya, gua mencuri-curi waktu dengan melihat facebook dia. Sebuah wall dari
sahabatnya membuatnya gua sangat terpukul. Tulisan yang membuat gua merasa
menjadi gadis yang sangat berdosa. Status terakhir Daniel yang terbaca setelah
beberapa hari sebelum kejadian dia kecelakaan,
Daniel, adik Angel masuk rumah sakit, dia butuh
golongan darah 0. Loe bukannya golongan darah 0.
Iya, gua tau,, gua lagi otw kesana..
gua jadi teringat kalimat suster tentang sosok Daniel.
Dan gua akhirnya paham, mengapa dia gak mau sebutin nama dia saat mendonor,
orang semulia ini yang rela menolong tanpa pambrih telah gua lewatkan dalam
hidup gua. Gua sangat menyesal. Dengan segara cara gua mencari tau keberadaan
Daniel. Gua mencoba telepon dan sms tapi telepn dia ga aktif. Sampai akhirnya
gua menyerah. Gua hanya bisa berdoa dia lekas sembuh sehingga gua bisa ketemu
dia
tapi rasanya semua itu hanya jadi mimpi. Karena
sahabat gua berkata dan membuat tubuh gua lemas.
Daniel uda disisi tuhan
Hati gua hancur. Retak dan sangat menyesal. Bahkan gua
gak sempat mengucapkan terima kasih atas kebaikan dan ketulusan dia disisi gua.
Kalau saja gua bisa menarik waktu dan mengubah segalanya, gua akan meminta maaf
dan menyadari betapa dia sangat berharga lebih dari arti seorang kekasih.
Dia adalah seorang sahabat yang telah mengajarkan gua
tentang arti cinta kasih, tentang sebuah pengorbanan dan kehidupan.
Daniel, mungkin loe gak akan pernah jadi kekasih gua.
Tapi loe akan menjadi bagian dalam hidup gua. Dan biarkan gua meminta izin
untuk mengatakan kepada dunia kalau loe adalah kekasih gua, walau terlambat.
nice infonya
ReplyDelete