Kamu, Hujanku.

Masih dalam kisah ku dengan dia. Mengenang cerita romansa masa masa SMA.
Tentang Aku, Aira. Juga dia, Nanda..
Baca kisah sebelumnya : Aku, Matahari Sepeninggal Hujanmu

___________________________________________
KAMU, HUJANKU.




Aku masih mengingat bahagianya. Ketika aku mendapatkan pesan singkat darimu di tiap-tiap malamnya. Ketika aku menerima sapaan "selamat pagi" di setiap paginya. Pun ak yang selalu mendapati arah pandangan mu yang selalu diam diam mencuri pandang padaku.
Aku bahagia, Nda.

Aku bahagia dengan Kita yang jarang bertengkar. Bahagia dengan kita yang menerima keterbatasan hubungan kita kala itu. Ya. Keterbatasan.

Terimakasih sudah mau berpacaran dengan cewe cupu yang tidak punya telpon genggam pintar. Yang akhirnya kamu harus merogoh kocek lebih besar untuk membeli pulsa reguler dan paket data (untuk kerluanmu pribadi)
Terimakasih sudah membiarkan romansa kita untuk tetap terjaga menjadi milik kita berdua saja.
Ya. Berdua saja.

Bahkan hingga saat ini, aku akan sangat susah dan rumit menjelaskan, bagaimana Kamu berupaya menjaga keintiman hubungan kita dulu.
Aku sependapat, bahwa bahagia-susahnya kita.. cukuplah kita yang tahu.
Jangan yang lain.
Aku tersanjung, bagaimana tingkah manja mu dan gemasmu itu, biar aku yang tahu. Bukan yang lain.
Aku senang, karena Kamu mau menunjukkan sisi tidak biasa mu itu hanya buatku.

Tidak mengapa, jika mereka tidak percaya.
Ya. Aku masih sangat ingat.
Bagaimana mereka berbicara soal aku dan kamu, Nda.
Bagaimana mereka meragukan kita.

"Aira sekarang sama Nanda. Beneran ?"
"Kok bisa sih Nanda sama Aira"
dan banyak lagi

lalu mengapa ?
"Apa sebegitu tak pantasnya Aira untuk Nanda  pikirku kemudian. Keterusan

Tapi sekali lagi aku berterimakasih untuk selalu mengingatkan. Bahwa susah-senang hubungan kita biarlah jadi cerita kita.

Singkatnya. Aku mengalami perasaan luarbaisa, Nda.

Kamu tidak sempurna.

Kamu juga tidak seutuhnya membuat aku terus bahagia.

Tapi Kamu berhasil membangun tempat di sana. Ya, dalam pikiran dan ingatanku.

Mudahnya, aku mengalami berbagai kejadian pun kekecewaan bersamamu.
Sampai aku lupa, sudah berapa kali aku harus menangis karena hal tak perlu.
Lucu !!!

Tapi percayalah, Nda. Kamu pertama. Dan semoga satu-satunya yang membuatku menangisi seorang laki-laki. Kamu meruntuhkan harga diriku, dengan sukses.Terimakasih.

Tapi aku juga tidak lupa dengan ajaib mu.
Upaya mu yang sangat sedikit itu selalu membuat ku luluh. Upaya mu yang sangat sedikit itu, seketika membalikkan amarah ku menjadi perasaan sayang. Ya. Aku telah buta.
Sebegitunya aku buta dengan upaya-upaya kecilmu.

Kamu yang tidak pernah mengejarku.
Kamu yang tidak pernah serius minta maaf.
Kamu yang sering mengabaikan ku.
Kamu yang tidak peduli bagaimana perasaanku
Kamu yang masa bodoh dengan cemburuku
Kamu yang menyepelekan amarahku
dan Kamu yang selalu takut jika aku pergi

Tidak dapat aku ingat, Nda. Seberapa sering hasratku untuk mengakhiri hubungan tak sehat yang kita miliki. Terlalu sering. Pun terlalu sering aku lupakan hasrat itu kmudian.
Maafku selalu bersambut dengan kehadiran mu yang selalu sebentar.

Ya. Aku sedang menari dengan hujan yang kau kirimkan di hidupku.
Aku bukan lagi matahari.
Sinarku selalu dibalut oleh awanmu. Mendungmu. Hingga hujan turun membasahi kehidupanku.

*****


Dan semua itu berjalan hingga nyaris setahun kita bersama.
Ya. Kala itu 2015.
Bulan Mei jika aku mencoba mengingat.

Ditengah kesibukan mu untuk menembus ketatnya seleksi untuk masuk kepolisian. Pun aku yang harus berjuang dengan tes tulis untuk masuk ke perguruan tinggi.
Kita berfokus dan terlalu sibuk meraih jalan untuk masa mendatang.
Sampai lupa. Jika Kamu punya Aku.
Sampai lupa, jika Aku butuh Kamu, nda.
Sampai lupa, jika ada pesan dan panggilanku yang belum kau balas.

Pertengkaran semakin mudah muncul.
Aku seperti sudah merasa sangat lelah.
Tabah ku sudah tak bisa tambah.
Hingga pada Mei. H-1 pengumuman kelulusan tes untuk perguruan tinggi ku (SBMPTN 2015), pada akhirnya kau mengajakku bertemu.

"Mas pengen ngomong sama adek" begitulah isi pesan Nanda untuk Aira
"Ya. Silakan"
"Kita harus ketemu. Mas mau ngomong langsung"

Dan kita bertemu, Nda. Di lapangan basket SMA. Di sebuah bangku panjang. Di bawah pohon kersen yang rindang.

"Aku mau kita udahan" ucap Nanda membuka kebisuan sore itu.

"Kenapa?" tanya Aira dengan kaget.

"Gapapa" Jawab Nanda sekenanya.

"Kamu uda ga sayang lagi sama aku ?"

"Dek.." ujar Nanda pelan. diraihny tangan Aira.

Aira menoleh. "Apa.."

"Mas masih sayang sama adek. Tapi iki seng terbaik buat kita"

"Kalo masih sayang terus ngapain. Kalo kamu butuh waktu buat sendiri, silakan Nda. Toh kamu suka ngilang pun aku ga masalah. Apa aku pernah marah saat kamu seenaknya sendiri ngilang" keluh Aira panjang lebar.

Aira sedih. Tapi tidak menangis.

"Ini yang terbaik. Biar kamu fokus sama kuliah. Mas tak fokus pendidikan (polisi)"

"Terserah kamu, Mas" jawab Aira mengamini permintaan Nanda.

Ya. Kita Selesai, Nda. Aku dan Kamu sudah selesai. Tidak sampai setahun.
Aku ingat. Kamu tersenyum sore itu.
Kamu mengusap kepala ku dengan pelan. Dan ak masih merasakan kasih sayang mengalir dari usapan itu.
Pun aku tersenyum. Setidaknya aku sudah membuat Nanda senang, bukan ?

Lalu kita pulang Nda. Meninggalkan baku panjang di pojok lapangan basket sendirian.
Aku senang tau kamu sudah lega, Nda.

*****

Kamu tahu, Nda? sore itu aku tidak langsung pulang.
Aku pergi ke rumah Mega, teman kita.
Aku menangis sejadinya.
Hancurnya baru terasa. Aku merasakan kepiluan kala itu. Aku menangis hingga terisak.
Mataku bengkak. Dan aku tak berani pulang, karena takut dimarahi Ibuk jika pulang dalam kondisi berantakan.

Dan begitulah aku, Nda. Sepeninggalanmu dari hidupku.
Asal kamu tahu, lebih dari seminggu aku langsung menangis jika menyadari bahwa hubungan kita sudah selesai.
Ya. Semua salahku.
Aku telah serakah untuk menempatkan banyak harap kepada kamu, Nda. Padahal kamu cuma manusia. Bukan Tuhan. Pun kamu bukan manusia yang baik.

Perlu kamu tahu Nda. Dunia ku runtuh kala itu.

Comments

Popular posts from this blog

Naskah Drama 7 orang >> "Aduh Ujang"

Demi Trisno (Naskah Drama)

Puisi, Pantun. Gurindam Lingkungan -8baris