Pengabdian Pertamaku: Sobat Pengajar di Sekolah (Pelosok) Jember

Setiap orang memiliki mimpinya masing-masing kan ?
Ku yakin kamu dan setiap orang lainnya di muka bumi, saat ini, kemarin, dan seterusnya masih dan akan terus memperjuangkan mimpinya.
Ada juga yang masih mencari dan mengenali diri sendiri, menerka bakal seperti apa mimpinya.

Bermimpi itu mudah. Yang sulit bukan hanya soal mewujudkannya, tapi juga mengenalinya dan mengaminkannya sepenuh jiwa raga. Mengapa demikian ? Jawabku hanya sebatas, "biarkan bawah sadarmu juga mengenali dan mengamini mimpimu"

Menurutku mimpi itu adalah sesuatu yang jika membayangkannya saja kamu sudah merasa bahagia. Membayangkan kelak kamu akan melakukan yang kamu bayangkan, kamu semakin merasa bahagua. Sesederhana itu.

Biarkan kali ini aku bercerita tentang mimpi ku. Yak. Mimpi yang baru ku akui dengan segenap hati dan pikiranku ketika aku menginjakan kaki di bangku kuliah. 
Sederhana.
Aku ingin menjadi sosok pengabdi.


Ya. Pengabdi. Relawan. Volunteer.
Membayangkannya saja aku merasa keren. Aku membayangkan betapa bahagianya jika bisa memberi nilai kepada diriku yang tidak sebegitu luar biasa.
Aku mantap menetapkan ia menjadi salah satu target besar duniawi ku.

Lalu ? Mimpi tidak berhenti hanya mengangankannya saja kan ?
Aku memulainya. Aku memulai diri ini untuk belajar hal baru dari pengalaman-pengalaman yang membahagiakan. Merupakan sebuah berkah karena aku diberi kesempatan untuk menjalaninya.
Dan ini kisah pengabdian pertama ku.
Menjadi seorang guru.


#1 Menjadi Ibu Guru
Dimulai dari keinginan dalam diri yang selalu suka mencoba hal baru. Sebenarnya menjadi pengajar bukan hal baru untukku. Sejak aku SMP aku sudah mulai menekuni ini secara kecil-kecilan di rumah. Sekadar mengisi waktu kosong selepas Ujian Nasional juga karena permintaan Ibuk untuk membantu tetangga-tetangga yang peduli pada pendidikan anaknya.
Aku tidak memberikan tarif untuk kelas yang ku buka. Karena niatnya memang hanya sekadar membunuh waktu.
Tapi sungguh menjadi pendidik itu tidak mudah. Tantangan untuk mentransfer informasi kepada adik-adik sungguh luar biasa ditambah dengan karakteristik tiap anak yang berbeda. Dan akhirnya aku mendapati bahwa kelas kecil yang ku buka justru memberikan aku sebuah pelajaran baru:) 

Oke kita kembali lagi pada keputusan ku untuk mencoba hal baru di awal bangku perkuliahan. Saat itu tahun 2015 dan aku masih seorang mahasiswi baru di jurusan kesehatan. Dan aku mendaftar untuk menjadi relawan pengajar sekolah tertinggal di wilayah Jember.
Aku penasaran akan seperti apa wajah sekolah yang katanya "pinggiran" itu. Apalagi alamatnya masih sangat dekat dengan wilayah kampus dan jantung kota Jember.

Mengkuti seleksi administratif dan ku dapati bahwa aku adalah satu-satunya yang berasal dari fakultas kesehatan masyarakat. Satu-satunya dan pertama, karena tidak ku dapati kakak tingkatku disana pada akhirnya.
Sedikit takjub dan cemas. takjub karena aku merasa sangat keren degan asal fakultas dan kejurusanku, juga cemas jangan-jangan aku hanya si bodoh yang terlalu nekat menantang nasib dan harus menanggung malu bersaing dengan mahasiswa dari keguruan.

Namun show must go on dan aku harus mennyelesaikan apa yang aku mulai.
Dan tibalah di tahapan seleksi untuk melakukan microteaching . Ku sesuaikan materiku dengan background keilmuanku, kesehatan. Ku sajikan materi tentang cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan metode lagu dan praktis.

Usai dinyatakan lolos tahap microteaching aku harus melakukan teaching test di sekolah binaan. Bukan main medan yang aku tenpuh untuk mencapai sekolah tenpat aku seleksi. Kami melintasi jalanan berbatu besar-besar dan menanjak. Bersyukurnya aku dibonceng dan tidak membawa sepeda sendiri, rasanya aku nggak akan sampai kalo berangkat sendiri. Kami seleksi praktik mengajar langsung kepada adik-adik di SDN BINTORO 5. Ruang kelasnya tidak banyak. Bergabung gedung dengan sekolah satu atap SMP-SMA disana, dan aku lupa namanya apaan wkwk.
Sekolah ini dirintis oleh Bapak Fadil dan alhamdulillah saat itu telah banyak mengalami kemajuan dan mulai mendapat perhatian pemda.
Aku membawakan materi tentang pemilahan sampah. Ku bawa beberaoa contoh sampah dan 3 gambar tong sampah yang berbeda waran, ku ajak adik-adik bermain memilah sampah. Dan itu membawa ku lolos ke tahap selanjutnya.

Singkat cerita aku lolos dan menunggu waktu penempatan (kek ASN ngga sih ? wkwk)


Dan tibalah pengumuman penempatan. Dan ada kabar tambahan bahwa ada sekolah binaan baru yang akan dibina oleh pihak Unej Mengajar (lembaga yang menaungi kegiatan kerelawanan ini).
Dan eng ing eng.. (oke ini lebay), aku ditempatkan di sekolah binaan baru tersebut. Dan yang lebih mengejutkan, medan tempuh sekolah binaan baru ini lebih sulit dan sedikit melosok dibandingkan dengan sekolah binaan lainnya. Terbayang medan tempuh sebelumnya yang luarbiasa, kini aku akan menaklukan medan seperti apa lagi yaa Allah.

Aku ditempatkan di MI Ar-Rohman, Bangeran, Sukorambi, Jember. Kalau dari kecamatannya ini sangat dekat dengan kampus.  Tidak sampai satu jam perjalanan, sekitar 30 menit. Apa iya ada medan yang pelosok seperti yang diceritakan. Harapanku itu hanya hiperbola yang dibuat-buat.

Dan tibalah di hari pelepasan, dan bahagianya aku ditempatkan dengan tim yang luar biasa. Banyak hal yang kupelajari dari mereka. Dan mudah ditebak jika sebagian besar anggota pengajar adalah mahasiswi keguruan.




 Setelah untuk pertama kali bertemu sebagai team di hari pelantikan, hari itu Jumat, besoknya kami berkumpul untuk aksi pertama kami untuk mengabdi. Kami berangkat secara berpasangan ditemani dengan beberapa pengurus untuk ke sekolah binaan sekaligus seserahan secara formal kerjasama Unej Mengajar dengan MI Ar Rohman.

Nggak bisa dijelasin lagi sih gimana medannya. Biar foto-foto berikut yang mewakili, sempit dan licin dan berlumpurnya tanah di sana.



ini yang sempet ke foto aja yaa.. karena aku habis jatuh dan akhirnya jalan kaki wkwkwk.. jadi sebelah kanan foto itu gundukan tanah dan kirinya sudah sungai teman. Dan ini tanahnya liat sekaliiii.. becek gitu jadi pasti kalo nggak tegen bawa sepeda motor dipastikan jatuh.
Sebelum melalui jalanan ini, kita masih melewati perkampungan normal dan sedikit tanjakan curam sekitar 50 derajat kemiringannya (dan gue jatuh wkwkwk) lalu kita masuk ke jalanan hutanan ini :))
Sekolahnya di atasnya jalan ini gaes :)




ini penampakan lebar jalan yaa.. ketika ada yang pake acara mau balik kucing buat melihat kondisi temen-temen, berujung mundur alon-alon mergo sadar aku sopo-
Sebenarnya bisa aja buat dua motor, tapi aslik ini mah licin banget dan jalannya naik-turun karena daerah perbukitan yaaa... kebreset nyemplung kali gaiss :))

Daaaann setelah menempuh perjalanan panjang, aslik lama banget hampir sejam karena trouble bola-bali wkwkwk.. kami sampai di sekolah dekat mata air ini...
hal pertama yang kami dengar dari adik-adik.. "Heeii ada Bu Guru baru.. berulang kali kami mencoba meluruskan untuk manggil "kakak" saja, tapi "bu guru" sudah terlanjur melekat dan mendadak akrab. Oke. Ini pertama kalinya aku "menjadi bu guru"


#2 Sekolah Dekat Mata Air
Setelah menaklukan medan yang luar biasa ini. Kami akhirnya disambut dengan sebuah jembatan lalu tanjakan terakhir dan perkampungan sangat kecil. Cuma beberapa rumah dan satu bangunan berderet dekat musholah. Dan tidak kusangga ya itu sekolahnya.


Sekolahnya ya bangunan yang ada cat dua warna itu.. hanya ada 4 ruang kalau tidak salah. Bisa ditebak kelas-kelasnya dimerger dibatasi papan. Tapi bukan kendala yang berarti juga, karena jumlah murid total satu sekolahan cuma 25 siswa.
Oke itu sama kaya jumlah murid jaman gue SD satu kelas :)) Maa syaa Allah. laa haulaa wa laa kuwwata illaa billaah. Banyak hal yang bener-bener patut kita syukuri rek :)

Lanjut kita main-main trus ramah-tamah bareng pendirinya dann Bapak Fadil lagi dong. Jadi selepas sukses merintis SDN Bintoro 5, Pak Fadil sekarang merintis sekolah disini. Maa syaa Allah, barakallaah yaa bapak Fadil :)) (Bapak Fadil pake kemeja biru dongker ya)



 Kami ramah tamah di musholah sekolah yang dirangkap juga sebagai perpustakaan, ruang guru, dan ruang kelas. Sallute juga sama guru-guru disini yang harus berangkat pagi untuk ngajar disini. FYI, guru-guru nya bukan domisi kampung sana, maa syaa Allah banget kaannn... yaa Allah kurang baik apa idup gueee..





Sekolah ini baru berdiri beberapa tahun sih. ada sekitar 3 tahun saat itu (tahun 2015). dikarenakan medan tempuh yang luar biasa, jangan kaget jam 8 baru masuk. Jangan kaget banyak yang nggak pake sepatu kalau sekolah :) Karena serius, itu kali pertama dan terakhir buatku pake sepatu kesana:) memakai sandal gunung adalah sebuah kebijaksanaan gais:)




 Oke sekian dulu cerita aku soal pengabdian pertamaku di hari pertama yang luar biasa.
di hari pertama ini kami tidak langsung eksekusi untuk mengajar. Sebatas perkenalan dan membangun raport dengan adik-adik. Juga berkenalan dengan medan tempuh dan lingkungan yang spektakuler ini.

Setidaknya hari pertama ini cukup membuat sepatuku rusak, kaki aku luka (sampe bolong) dan sampe sekarang ada bekas jaringan parutnya :)) What a memmorable pain :')

Semoga cerita ini bisa menjadi wahana untuk selalu bersyukur dan selalu merasa beruntung ya:)


"MENDIDIK ADALAH TUGAS ORANG TERDIDIK" -Anis Baswedan



Gambar-gambar kenangan di hari pertama :)
























Comments

Popular posts from this blog

Naskah Drama 7 orang >> "Aduh Ujang"

Demi Trisno (Naskah Drama)

Puisi, Pantun. Gurindam Lingkungan -8baris