Tokek Budek
Peringatan hari kemerdekaan di Negri Binatang berlangsung
meriah dengan berbagai perlombaan. Dan salah satu yang paling menarik adalah
lomba panjat pinang untuk para Tokek
yang diletakkan di puncak acara. Pinang dilumuru oleh getah tumbuhan agar licin
dan sukar dipanjat. Yang membedakan lomba panjat pinang yang satu ini dengan
lomba panjat pinang yang kita ketahui biasanya adalah, tidak ada hadiah menggantung di puncak. Ya. Tidak ada hadiah
yang diperebutkan di puncak pinang itu dan satu lagi, tidak adanya unsur kerja
sama. Sederhana saja, tokek-tokek itu hanya butuh untuk sampai di puncak. Siapa
yang duluan sampai dia yang menang.
Antusias dari masyarakat Tokek cukup baik. Ada 25 Tokek yang
siap berlomba untuk Lomba panjat pinang tersebut. Masyarakat hutan yang lain
pun tak mau kalah dengan acara tersebut. Mereka bersemangat untuk menyaksikan
para tokek yang akan jatuh bangun di atas pohon pinang yang licin.
Peluit pun ditiup. Lomba dimulai. Para tokek mulai memanjat
pinang yang berlumuran getah itu. Dalam beberapa menit, tak sedikit tokek yang
berjatuhan dan payah. Hal tersebut semakin membuat penonton semakin antusias.
Ada yang memotivasi, dan lebih banyak yang mencerca, memaki, bahkan sok
mengatur para tokek yang tengah berjuang. Dalam hal ini, mungkin penonoton
lebih hebat dari pemain itu sendiri.
Waktu pun berlalu, jumlah tokek yang gugur di medan lomba
semakin banyak. Hingga tersisa 6 ekor tokek. Namun, keadaan pada penonton
berubah. Penonton malah mencerca 6 tokek yang tersisa. Hinaan dan ketidak yakinan
mereka lontarkan pada ke-6 tokek tadi.
“sudahlah!!! Menyerah!!! Mana mungkin, tokek berbadan kecil
seperti kalian bisa meraih puncak pohon pinang setinggi itu !!!!” salah satu
suara penonton keras meremehkan.
“Jangan gara-gara iming-iming hadiah rumah tokek, kalian
bersikap bagai orang bodoh seperti ini. Mengharapkan sesuatu yang terlalu
tinggi. Lebih baik kau turun sajalah !” sahut penonoton yang lainnya.
Bahkan tokek senior yang tidak ikut bermain turut ambil suara.
“Zaman saya dulu,mana ada yang sampai
sengotot ini. Sudahlah jangan dipakasa. Ingat bagaimana kodrat kita seperti
adanya !!”
Bahkan petinggi Negeri Binatang ikut-ikutan mengolok mereka.
“Sudahlah!!! Sengaja kami buat permainan ini hanya untuk bersenang-senang. Itu
sebabnya kami rancang ini sesulit mungkin. Menyerahlah, mustahil bagi kalian
untuk sampai di puncak !”
Bagai mantra mujarab, cemooh para penonoton melemahkan
semangat juang para tokek. Satu demi satu tokek kembali berguguran. Hingga
tersisa seekor tokek yang masih berjuang menuju puncak. Sorak sorai dari para
penonton makin ramai. Bukan sorakan dukungan yang ada. Masih sorakan pelecehan
dan olok-olokan.
“sudahlah turun saja !” bersahutan para penonton mengucapkan
kalimat umpatan itu. Hingga seekor binatang kaya raya angkat bicara. “Hai
tokek, turunlah !!!!! jika kau memang menginginkan rumah baru, turun dan
ambilah rumahku. Semakin tinggi kau
merangkak, maka akan semakin besar pula resikomu untuk jatuh. Dan kau tahu, itu
sangan menyakitkan !!!”
Namun tokek pekerja keras ini tidak menggubris perkataan
binatang kaya tadi. Ia terus merangakan ke atas menuju puncak. Penonton makin
ramai mngumpat sang tokek untuk lekas turun dan menyerah. Hingga tak berselang
lama sang tokek kian dekat dengan titik puncak. Perlahan sang tokek merayap….. merayap
lagi…. Merayap lagi….. dan akhirnya ia sampai. Gegap gempita sorak sorai
penonton serasa lebih meledak dari sebelumnya. Ya, mereka amat terkejut dengan
pencapaian tokek hebat yang satu ini. Para tokek rekannya pun turut mengangis
haru melihat keberhasilan teman
seperjuangannya ini.
Setelah tokek tersebut diturunkan dengan tali bantuan yang
telah disediakan, ia pun menuju ke podium kehormatan untuk menerima hadiah yang
dijanjikan. Seakan masih amat sangat tak percaya, para petinggi Negeri Binatang menyelidiki bagaimana tokek
itu bisa berhasil hingga puncak. Dan ternyata……. Tahukah kalian sobat, sungguh
tokek itu adalah seekor Tokek Budek
*****
Salah satu sifat manusia yang hingga kini masih mewarnai
pergaulan adalah seseorang lebih mudah dan senang
menceritakan hal-hal negative orang lain disbanding hal positif dari diri orang
tersebut.
(Parlindungan
Marpaung dalam bukunya “Half Full-Half
Empty)
*****
Adakalanya kita bersikap “TULI”
pada hal-hal negative/ miring/ buruk (gossip) tentang diri kita yang justru
akan menurunkan kualitas daya juang kita. Yakinlah pada diri Anda, selama itu
tidak merugikan diri Anda dan orang lain^-^ life
Possitive !!!
Comments
Post a Comment