Resensi - Di Bawah Lindungan Ka'bah
RESENSI NOVEL
“DI BAWAH LINDUNGAN KA’BAH”
RESENSATOR :
SMA NEGERI 3 JOMBANG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Pengarang : Haji
Abdul Malik Karim Amrullah
Penerbit : PT. Bulan Bintang
Tahun Terbit : 2002
Kota Terbit : Jakarta
Cetakan : 28
Tebal Buku : 80
halaman
Panjang Buku : 21 cm
Buku yang berjudul Di Bawah
Lindungan Ka’bah ini dikarang oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau sering
disebut dengan nama HAMKA yang merupakan singkatan dari namanya. Beliau lahir
di kampung Molek, Meninjau pada tahun 1908 dan meninggal tahun 1981. Beliau
adalah seorang sastrawan sekaligus ulama dan aktivis. Sudah banyak karya-karya
yang beliau ciptakan salah satunya adalah
buku yang berjudul Di Bawah Lindungan Ka’bah ini yang merupakan buku
karyanya yang ke-13.
Buku ini dari sisi
agama bagus dan kental akan keagamaanya meskipun bercerita mengenai percintaan.
Berbeda dengan novel zaman sekarang ini, sisi keagamaannya kurang di tonjolkan
dan lebih mengedepankan tentang percintaannya.
Tokoh
utama yang berada di certa ini adalah Hamid dan Zainab. Hamid memiliki sifat
yang baik, sabar, tawakal, agamis, menyayangi dan menghormati orang tua. Zainab
memiliki sifat yang baik, pendiam,
sabar, patuh dan menghormati orang tua.Tokoh yang lainnya yaitu Engku Haji Ja’far dan Mak Asiah yang memiliki
sifat dermawan. Ibu Hamid yang memiliki sifat penyayang, peduli pada buah hati.Saleh dan Rosna yang
memiliki sifat sangat peduli kepada sahabat atau setia kawan.
Cerita dari buku ini bermula saat
Hamid seorang anak yatim dan miskin bertemu dengan Haji Ja’far, seorang
dermawan yang menyekolahkan Hamid bersama anaknya Zainab dan setelah keduanya
lulus, timbullah perasaan di kedua insan tersebut. Namun, Hamid menyadari akan
status sosialnya sebagai orang miskin, sehingga ia pergi menuju Mekkah dan
bermaksud menjauh dari Zainab. Selama ditinggalkan oleh Hamid, Zainab sering
merasa sakit-sakitan sehingga iapun meninggal dunia dan kemudian disusul oleh
Hamid.
Tema
mengenai percintaan yang sarat akan pendidikan agama yang disuguhkan ke dalam
bahasa yang menyentuh hati merupakan salah satu dari kelebihan buku ini. Kisah
cinta disini mencerikatan dua orang yang memiliki perasaan antara satu sama
lain namun mereka tidak sempat bersama karena ajal telah memisahkan mereka.
Alur yang
digunakan adalah alur campuran yang mudah dipahami yakni dimulai dari Hamid
yang berada di Tanah Suci kemudian dia menceritakan mengenai masa lalunya dan
menceritakan kembali masa-masa Hamid di Tanah Suci . Namun, dalam penggunaan
bahasa masih sulit dimengerti karena menggunakan bahasa minang-Indonesia dan
bahasa Melayu.
Amanat
yang terdapat dalam buku ini juga sangat banyak, misalnya harus mempunyai
kesabaran dalam menghadapi persoalan hidup, mentaati kedua orang tua, tidak
lebih cepat putus asa, dan masih banyak lagi ilmu yang terkandung di dalamnya.
Oleh
karena itu, novel ini layak dibaca oleh kalangan anak remaja maupun dewasa,
bahkan orang tua sekalipun, dikarenakan ceritanya menarik, menceritakan tentang
romantisme dan kesabaran tingkat tinggi yang dapat membuat kita menitikkan air
mata.
Comments
Post a Comment